Postingan OOT, hanya sekedar pengalaman pribadi saja sih sebenernya. yakni fenomena sindir menyindir, ejek mengejek dan sebagainya. Ejekan sendiri bisa muncul karena sikap solidaritas tinggi yakni kita sudah kenal dekat dengan pribadi yang diejek, yaitu hanya berarti gurauan saja. dan tentunya tidak menyinggung perasaan yang diejek. karena sudah saling kenal satu sama lain.
Beda halnya jikalau mengejek pribadi orang lain yang sama sekali kita belum kenal, apalagi belum kita temui bertatap muka secara, contohnya saja di dunia maya, lewat FB, Twitter, Blog, dsb. Sering kali umpatan tersebut berbeda arti dan berbeda maksud. Sebut saja X mengejek si Y, padahal niat X hanya sebatas gurauan, tapi apa daya tangkapan ejekan tersebut di cerna oleh sang Y beda arti. Dan si Y menganggap bahwa itu mencela dan menyayat hati sampe ke tualng rusuk (lebay) dan bisa saja mengakibatkan kisruh – rusuh dan ketidak harmonisannya suatu hubungan persaudaraan walaupun lewat media .
Nah.. seringkali kan kita melihat fenomena tersebut ? padahal niatan baik, tapi diterima jelek , salah sangka, itu sudah biasa jika terhadap orang lain yang belum kita kenal lebih dalam secara pribadinya. terlebih lagi jikalau suku adat dan tempat tinggal berbeda . umpatan Anj*ng, Dj*ncuk, As** , dll bisa jadi di suku A merupakan gurauan, tapi di suku B merupakan umpatan ngajak geger 😆
Sebagai pribadi yang dilengkapi oleh pikiran yang sehat, seharusnya kita bisa memilih umpatan , ejekan tersebut ditujukan buat siapa dan siapa dia . jangan asal njeplak “!@#%$$&&$” ke semua orang, toh tanggapan orang lain beda . bayangkan saja kalo kita mengejek orang lain aygn belum kita kenal, wah,, bisa-bisa kita di sodorin golok …. xixixixi…
hati-hati aja yuk brosis … mengejek itu perlu tapi lihat-lihat pribadi orangnya. 😉